
Hari Kedua Mepaed Saji: Warga Desa Beringkit Belayu Haturkan Bhakti di Desa Adat Belayu
Belayu, 14 Mei 2025 – Suasana di Desa Adat Belayu pagi ini begitu khusyuk dan penuh warna. Hari kedua pelaksanaan Mepaed Saji oleh masyarakat Desa Beringkit Belayu dilangsungkan dengan penuh semangat di kawasan suci milik Desa Adat Belayu. Sejak pagi hari, barisan warga tampak beriringan membawa saji—persembahan suci yang dirangkai dengan penuh ketekunan dan makna spiritual.
Saji, dalam tradisi Bali, bukan sekadar persembahan berupa jajanan, buah-buahan, dan banten. Ia adalah lambang ketulusan, bakti, dan kebersamaan. Di hari kedua ini, warga Beringkit Belayu mempersembahkan saji ke pura dan titik-titik suci di wilayah Desa Adat Belayu sebagai bagian dari ngaturang bhakti kepada leluhur dan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi.
Prosesi diawali dengan matur piuning oleh pemangku desa, dilanjutkan dengan persembahyangan bersama yang diikuti oleh seluruh krama. Deretan saji tersusun rapi di wantilan dan pelataran pura, menghadirkan harmoni antara estetika dan spiritualitas. Suara kidung, bau dupa, serta tabuh-tabuhan sederhana menciptakan suasana sakral yang menyentuh batin.
Tak hanya krama dewasa, anak-anak dan pemuda pun ambil bagian. Mereka membantu menghias saji, mengatur jalannya upacara, hingga mendokumentasikan prosesnya. Ini menjadi bukti bahwa tradisi bukan hanya milik generasi tua, tapi juga diwarisi dan dijalankan oleh generasi muda dengan rasa bangga.
I Gede Putu Suarta, Perbekel Desa Beringkit Belayu dan tokoh masyarakat Desa Beringkit Belayu, menyampaikan bahwa pelaksanaan Mepaed Saji di Desa Adat Belayu memiliki arti penting. “Ini bukan hanya bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga cara kami mempererat hubungan antardesa, menjaga keharmonisan dan rasa menyama braya di tengah masyarakat adat,” jelasnya.
Hari kedua ini tidak hanya memperlihatkan kekayaan tradisi, tetapi juga semangat kolaborasi dan pelestarian budaya. Masyarakat Beringkit Belayu menunjukkan bahwa meski zaman terus berubah, akar tradisi tetap dijaga, dirawat, dan dijalani dengan sepenuh hati.
Mepaed Saji masih akan berlanjut dengan berbagai rangkaian spiritual dan budaya hingga hari puncaknya nanti. Namun yang paling penting, setiap harinya meninggalkan jejak makna: tentang kebersamaan, tentang warisan, dan tentang identitas sebagai masyarakat Bali yang tak lelah menjaga rohnya sendiri.

