You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Beringkit Belayu
Beringkit Belayu

Kec. Marga, Kab. TABANAN, Provinsi Bali

RAHAJENG RAHINA NYEPI 1947

Administrator 16 April 2025 Dibaca 20 Kali
RAHAJENG RAHINA NYEPI 1947

MELASTI 

Melasti adalah upacara penyucian diri yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali sebelum Hari Raya Nyepi. Upacara ini biasanya diadakan di pantai atau sumber air suci, di mana umat Hindu membawa pratima (arca dewa) dan perlengkapan upacara dari pura ke laut atau sungai untuk disucikan.Tujuan Melasti adalah membersihkan diri dari kotoran rohani dan mempersiapkan diri untuk menyambut Tahun Baru Saka dengan hati yang suci. Upacara ini juga melibatkan doa bersama, gamelan, dan prosesi yang megah, mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas masyarakat

HARI RAYA PENGERUPUKAN

Hari Pengerupukan adalah hari yang jatuh sehari sebelum Hari Raya Nyepi dalam tradisi Hindu Bali. Ini adalah bagian dari rangkaian perayaan Tahun Baru Saka. Pengerupukan memiliki makna simbolis sebagai waktu untuk mengusir Bhuta Kala—energi negatif atau roh jahat—dari lingkungan dan diri manusia.

Ciri khas Hari Pengerupukan:

Ogoh-ogoh Parade

Ogoh-ogoh adalah patung raksasa yang menggambarkan Bhuta Kala. Patung ini dibuat dengan artistik dan penuh kreativitas, sering kali mencerminkan tema modern atau mitologi. Pada malam Pengerupukan, ogoh-ogoh diarak keliling desa dengan iringan gamelan dan sorak sorai, lalu biasanya dibakar sebagai simbol penghancuran kejahatan.

Pecaruan dan Tawur Agung

Ritual pecaruan dilakukan di halaman rumah, pekarangan, dan perempatan jalan dengan sesajen berupa nasi, daging, dan lainnya, untuk menyucikan lingkungan dan meredam kekuatan negatif.

Meburu Bhuta Kala

Dalam beberapa tradisi, ada kegiatan simbolik berupa membuat bunyi-bunyian nyaring (dengan kentongan, obor, dan teriakan) untuk mengusir roh jahat dari sekitar rumah dan desa.

Makna Spiritualitas

Hari Pengerupukan adalah tentang menyeimbangkan alam sekala (nyata) dan niskala (gaib), membuang unsur negatif, dan mempersiapkan diri untuk menyambut kesunyian dan kontemplasi pada Hari Nyepi.

HARI RAYA NYEPI

Hari Nyepi adalah hari suci bagi umat Hindu, terutama di Bali, yang menandai pergantian Tahun Baru Saka. Tidak seperti perayaan tahun baru pada umumnya yang meriah, Nyepi justru diperingati dengan hening, sunyi, dan tanpa aktivitas. Ini adalah hari untuk refleksi diri, penyucian rohani, dan menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.

Empat Pantangan Nyepi (Catur Brata Penyepian):

Amati Geni – tidak menyalakan api atau lampu (termasuk listrik).

Amati Karya – tidak bekerja atau melakukan aktivitas fisik.

Amati Lelungan – tidak bepergian.

Amati Lelanguan – tidak mencari hiburan atau kesenangan.

Suasana di Bali saat Nyepi:

Bandara tutup.

Jalanan sepi tanpa kendaraan.

Semua orang tinggal di rumah, termasuk wisatawan.

Tidak ada internet, siaran TV, atau aktivitas publik.

Langit malam bisa sangat jernih karena tidak ada polusi cahaya—banyak orang menyebutnya sebagai "hari paling gelap dan paling damai."

Makna Nyepi:

Introspeksi diri atas kesalahan dan dosa selama setahun.

Pembersihan lahir dan batin setelah upacara Melasti dan Pengerupukan.

Harmoni dengan alam, karena hari itu juga memberi "istirahat" pada bumi dari aktivitas manusia.

Setelah Nyepi, keesokan harinya disebut Ngembak Geni, saat orang-orang mulai beraktivitas kembali dan saling bermaaf-maafan. 

Demikian Tahapan Prosesi dalam menyambut Hari Raya NYEPI 1947.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

APBDes 2025 Pelaksanaan

APBDes 2025 Pendapatan

APBDes 2025 Pembelanjaan